Ga lengkap ke Wonosobo ga makan mie ongklok. Ga lengkap pula kalo ga mampir ke Mie Ongklok Longkrang ini. Rekomendasi ini langsung dari anak Wonosobo asli yang nemenin aku dan teman-teman jalan-jalan di Prau dan Dieng kemarin. Well, selera orang tuh beda-beda, Jadi ini tidak bisa dijadikan judgement apapun. Tapi ya namanya jalan-jalan ya asyikin ajjah. Kenapa mie ongklok Longkrang ini terkewnall ? Kata Yusen, temen kami tadi, toko ini sudah berdiri dari sejak tahun 1975. WOoooww lama juga ya. Pertanyaannya, dah berapa kali ganti sepatu yahh dia ? 😁😄😄😄 Tapi disini aku ogah cerita tentang sejarahnya. Karena pasti udah banyak dibahas diberbagai website. Di sini aku cuma mau cerita pengalamanku mamam mie Ongklok Longkrang ajah. Berapa lama pesan, harga, keramaiannya, dll... Let's the story started. Ini hari keempat dari 4 hari perjalanan di Wonosobo tepatnya Senin, 11 Juni 2019 dan merupakan masih dalam rangkaian libur lebaran. Monmaap, teman yang lain di Won
Pernah lupa naruh barang dimana dan berakhir dengan berdiri di tengah ruangan 15 menit berusaha mikir dimana terakhir kali naruh barang tersebut? Which notabene -nya baru setengah jam yang lalu di simpan. Aku ? Pernah lah. Sometime I have problem calling my memory where exactly I dropped my stuffs. It is even worse when I have a lot of things to think, when I am in hurry and when I am too tired to concentrate . Those what currently happen to me . Tiap hari otakku rungsing mikirin list to do , semua kudu serba cepat kilat tepat dan badan rasa nya butuh longer sleep than I recently have dan exercise . But I don’t have them enough . Ku lalu dilabeli cewe paling sibuk se kosan. Badan lelah dan kurang ion tubuh tentu jadi bagian penyebab kurang FOKUS. Minum aja you sii wan tausen atau pokari suwet. Iklan. Ku sih berusaha banyak-banyak makan sayur tp olahraganya lagi kurang banget. Huhu. Balik lagi, walaupun kita sudah ratusan kali melakuka
Assalamu’alaikum waroh matullah wabarokatuh… Selamat Idul Fitri semuanya. Mohon maaf lahir dan batin. Foto diambil di Hutan Mati, Papandayan Aku tidak mudik bersama ribuan city dwellers di Jakarta. Sebagian besar penghuni kosan di tempatku ada di tempat. Ada satu atau dua yang pergi ke rumah saudaranya di sekitaran Jakarta. Seumur hidupku dan banyak orang lainnya merasakan pendemi pertama kalinya. Dulu memang pernah ada pandemic tetapi tidak sampai kita gagal mudik atau terbatas sekali beraktifitas. Tahun ini kita tidak hanya tidak mudik, tetapi juga tidak sholat Ied berjamaah. Dan di bulan Ramadhannya kita tidak dianjurkan sholat tarawih atau mengadakan kegiatan di masjid. Padahal banyak orang sudah menantikan bulan Ramadhan ini untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya. Salah satunya pergi I’tiqaf ke masjid saat malam ganjil. Umat Muslim berjuang melawan hawa nafsu selama sebulan (bahsa nya sudah seperti di buku pelajaran agama hehe) dan tiba waktunya
Comments
Post a Comment