I SAW MY MANTAN

Satu kata : NGIBRIIIIIITTTT! Huhuhu.

Aaaaa… ga siap ketemu mantan yang itu. WHY?


Walaupun sudah berjuang dan berhasil move on, tapi ga pernah belajar gimana kalo bakal pas-pasan sama mantan. Ya, simply karena aku dan para mantan ga ada di circle yang sama lagi, at least buat sekarang. 

Image result for ex boyfriend taylor swift
Source here

Duh hari apa sih ini kok tetiba banget bisa lihat sang mantan? Senin, 12 Maret 2018 jam sebelas siang (biar ingat momen) saat aku menuruni tangga  dari lantai 2 ke lantai 1 DI KANTORKU, dimana dari ujung anak tangga terakhir ke tempat duduk dia hanya berjarak……… LIMA METER. 


Hampir aku tercekat gila kaget lihat face nya ada di sana. Dalam sepersekian detik penglihatan aku langsung sadar itu dia. My knees were shaking like hell. 


Sebenarnya dia lihat aku juga dan dia sadar aku lihat dia. But he might not be able to recognize me right away as…. I have changed a lot the way I dress. Dia ga pernah lihat aku jilbaban. Mau disangka mirip pun pasti butuh penegasan pandangan. 


Aku langsung memalingkan wajah, kabur ke arah lain, dan memunggungi dia. Mau lari, tapi ga mau impulsive dan bikin perhatian lebih. I just behaved as an ordinary staff who passed by. Aku perlu sembunyi. Aku perlu menenangkan diri dan nyari kepastian itu beneran dia atau enggak. Aku pun masuk ke ruangan After Sales Service (ASS) Department.

Apakah itu memang dia ? ENTAH, TUHAN! 

Jujur aku panik. Perutku bergemuruh. Bukan, bukan. There were no butterflies like the first day I saw him at office or most of the time when I was with him

Dulu, pertama kali lihat dia, aku beneran merasa kayak kartun, bunga-bunga di awur ke mukaku dari jarak 5 meter, a love song was being played as the music background, merpati putih berterbangan dan semuanya indah. Dan aku sakit perut. Dan aku ga sanggup nahan pesonanya. Kagum pada pandangan pertama, because he is a beautiful man. Hihihi.

Lanjut.

Aku kudu memastikan apa kah itu DIA apa bukan. Jangan sampai sakit perut dan kepanikan ini salah alamat dan tiada guna.

Balik lagi ke lokasi terakhir yaitu di ASS Dept.  

Aku geret temenku Ratih. 

Ratih, bingung lihat mukaku expresinya kayak gitu. Ini jam kerja lohh dan aku muncul di ruangan dia dengan expresi ga keruan begitu. Aku geret dia dari meja kerjanya karena ada dua orang lain di sekitarnya. Aku ga mau yang lain nguping. Cukup Ratih aja yang tau. 

Aku bisikin dia bahwa KAYAKNYA ada ‘mantan’ku di sana. Kubilang aku masih belum  yakin sepenuhnya, kan hanya lihat SEPERSEKIAN DETIK trus NGIBRIT. Oh, Tuhan.

Cie ada mantan. Ga usah di ciye ciye-in. Ngapa ? Iya lah, cerita indah itu sudah berakhir. Sudah aku simpan dia di pojok kenangan, kugunakan wrapped plastic biar isinya ga berdebu.  

Ratih aku bujuk buat ke depan dan memfoto apakah beneran itu dia, dan sama siapa saja dia di sana. Tadi sekilas aku lihat ada wanita berambut hitam panjang di sebelah kanannya, she might be HIS WIFE.  The petite woman after me who he finally married to that couldn't uumm...handle her jealousy and has kind of temper, that is what he told me over phone calls. I picked up 1 of  his 20 calls.

At least I don’t want to meet them here at my office, somewhere else is fine.

MUNGKIN INILAH ALASANKU KABUR. 

Ku ga mau ada masalah di tempat kerja ku sendiri seandainya sang wanita couldn’t handle her jealousy finding out that her husband meets his ex. Wanita gitu loh. (sambil ambil kaca)

Ratih mau dong. Yeaay… 

Eh dasar ya keberanian dan nyalinya Ratih Cuma seujung sendok, dia malah nyalain rekaman video hpnya, HP di kempit, sambil jalan muter ke depan trus balik lagi instead of taking pictures. Hasilnya, Video BUREM. Ga nolong. Dan dia ga mau balik lagi. Cih, Ratih cemen, AKU PUN JUA. Huhu.

Dari video tadi doi duduk sendiri, ga ada siapa-siapa di sebelahnya. Lha, siapa kemana dong wanita yang tadi aku lihat? Ku penasaran manjah.


Wi, beneran dia ?

ENTAHLAH, kan dibilang Cuma lihat sekilas.. 

But….dalam sekilas itu, I was pretty sure he was him. Someone that was in my heart for almost two years. Ga mungkin kan aku ga hafal facenya: bentuk hidung, bibir, alis, dagu, pipi, shape of his head, dan tentu saja sepasang bola mata berwarna biru yang teduh itu. All memories suddenly sneaked out.

Walaupun sudah lama sekali kami ga ketemu lagi sejak hari itu. Sudah pasti dia berubah, sama seperti kita semua, sudah pasti ada perbedaan di wajah dan fisiknya, kecuali dia minum pil keabadian atau mungkin lagi dia operasi wajah because of bad luck happened on him as he has a high risk job. Knock on wood. Dalam beberapa tahun sesesorang juga bisa saja naik atau turun berat badannya dan itu mempengaruhi look-nya. 


Dan dia tadi uuuuummm,,  dia pernah sih segendats itu, walau ga segede pertama kami ketemu, dan dia juga pernah jauh lebih ramping beberapa bulan setelah dia resign di tempat yang sama kami bekerja dulu, yang aku jadi happy karena ga perlu drama exes at office, karena dia hit the treadmill at least 15 mins every day

Nah buat yang katanya mau kurus, ga usah lama-lama, 15 menit yang penting tiap hari. CAPSLOCK. Haha.

Balik lagi, karena Ratih gagal nyari barbuk - barang bukti. Misi untuk memastikan itu dia atau bukan harus tetap berlanjut. As I said, aku udah sok-sokan ada mantan kalo ternyata ujungnya bukan. So, aku melipir ke samping kanan gedung, di mana bagian depan gedung berdinding kaca transparent. IYA, mau melipir sambil ngintip. 

I found that, yes, pretty much look like him. Aku makin sakit perut.  Sayang aja pandangan terhalang kaca dan objects diantaranya tapi membantuku biar ga terlalu kelihatan seperti a spy girl. Namun hasilnya tetaplah aku belum yakin seyakin-yakinnya jika itu dia. Gimana dong ?


Aku perlu nyari barang bukti selanjutnya. Bakat mencari aku keluarkan. Ku menghampiri sekuriti dan menanyakan tamu yang tadi itu naik apa. Mobil yang dia pakai. Apakah Nissan Grand Livina Silver yang dulu dengan plat nomor TOK itu? Tapi ga ada kendaraan itu di pelataran parkir tamu. 

“Pakai Pajero, mbak”, 
Hah ? “okay!”

Aku ingat, dulu memang dia pingin Outlander Sport atau Pajero Sport. Dan dengan pekerjaannya itu mah dia pasti bisa beli dalam dua tahun saja. 

Okay, he (might) have got his dream. That car. Congrats.

Mikir. 

What am I doing here? DWI, SADAR!

Ah iyaa, mengapa aku jadi sepanik dan sesibuk ini hanya karena lihat mantan sekilas. 

Kamu tuh lagi sibuk, DWI! I reminded myself. Ah, whatever, I don’t care about him anymore. I have a bigger fish to fry. I have a deadline at Mar 14. And I have to go back to my room to finish the work.

Kemudian drama berikutnya muncul. Ulalala~~~~

When I wanted to get back to my room at second floor, means aku harus lewat tangga yang sama tempat aku tadi turun. Dan aku intip-intip, dia masih ada di kursi yang sama tempat duduk di awal. Lift pun sama saja lokasinya tepat samping tangga. There is other access to go to my room. Lha aku kudu piye iki ? Huhu.

Mbak Diah lewat. Aku minta bantuan dia buat ke lantai 2 agar aku ga terpampang nyata jika jalan sendirian. Still, kalo aku lewat tangga walau ada yang nemenin, maka kesempatan dia buat ngeh akan lebih besar juga. Maka naik lift jadi pilihan. Saat beberapa orang mau masuk ke lift, aku ‘diikutsertakan’. Aku antri sebentar dan pintu lift terbuka, lalu aku masuk. Setelah aku di dalam lift.

Saat aku melangkah ke depan lift, aku ngeh dia lihat aku berjalan. Warna kerudungku hari itu warna terang, mustard, mengundang perhatian. Kakiku gemeteran, Tuhan. Gimana kalo dia tiba-tiba nyamper, trus minta pertanggung jawaban karena aku menghamilinya. Eh, ga mungkin ya. Meminta pertanggung jawaban atas carut-marut hati setelah kami berpisah. Ku tau itu. Dia masih meneleponku beberapa kali setelahnya.

Hatiku kecut memikirkannya. 

Pintu lift yang harusnya langsung tertutup jika ga ada yang masih saja yang mengobrol di depan lift. Aku makin panik. Buru ih. Lift tidak langsung mengantar ke lantai 2. Lift berhenti di lantai 4. Karena secara hemat energi, kita dianjurkan menggunakan tangga jika hanya berjarak 2 lantai. 

Dari lantai 4, aku turun ke lantai 2. Dan kemudian aku memikirkan dimana kah wanita yang aku duga istrinya itu? Apa kah dia sedang melakukan pembayaran di  kasir lantai 3? Nah jika iyaa,,, gimana jika si istri ngeh aku kerja di situ ? Aku ga mau dia tau. Dia kan wanita insecure. That feeling could drive her to do anything to hurt people related to her relationship.

Pasalnya, si cowo pernah nyeritaan riwayat kami ke wanitanya, dah pernah nunjukkin fotoku, ke aku pun dia pernah nunjukin foto wanita ini. Parahnya, si wanita inget, di tambah skill FBI nya dia, dia lihat IG lamaku, FB ku dll, errrr serem. 

Sementara aku,,, blank,,, ga ingat keseluruhan selain dia bermata agak sipit. Iyaa, ketemu orang jealous gave me a complicated story. So that is why I don’t want to bump into them. HERE.

Balik ke cerita, aku kebingungan buat melewati lantai 3.  Oke,, aku harus tenang. Harus bisa mikir. Oke aku putusin lewat. Biarlah kalo dia lihat aku, aku yakin dia ga kenal aku, kami ga pernah bertemu.  Lucky me, dia ga ada di situ. On the other hand, aku masih penasaran kemana wanita tersebut. 

Sesampainya aku di lantai 2, aku hubungi mbak Diah yang aku ceritaan sekelumit siapa cowo itu agar dia paham kondisi kenapa dia harus nolongin aku ke lantai 2 tadi. Pertama aku nanyain kemana wanita tadi. Ternyata dia lagi sama anaknya di kidzone. Okay, mereka dah punya anak, wajar itu sudah bertahun-tahun lalu. Aku mau minta tolong buat fotoin cowo  dan wanita tadi untuk menuntaskan rasa deg-degan ini biar ga lebay lagi. 

Mbak Diah sampai bertanya, yakin mantan kamu, Wi? You name it itu mantan apa bukan, karena kami ga pernah jadian (masih musim?), yang kami tau kami saling sayang, sampai akhirnya kami tidak bisa lagi memperjuangkan perasaan itu. Mbak Diah sepertinya GA cukup percaya kalo aku dan dia mantanan, mungkin karena dia mas mas dari negeri seberang yang tamvan dan aku hanyalah gadis eksotis yang karakterku mbak Diah ga ketahui banyak. 

Di lantai dua, aku intip2 dari sisi atrium. Eh masmas tamvan eh ladalah sedang duduk di dalam mobil display Xpander merah. Posisi dimana aku bisa lihat 75% dirinya, walau aku beneran ga bisa lihat dengan nyata wajahnya. Dia memeriksa interior bagian pengemudi, dan aku merekamnya. Hell yaaa… aku masih kepoh.. wkwkwkwkk. . Keyakinanku bertambah, walau belum sepenuhnya. Hihihihi.

Dia ga lihat aku dong karena dia ga ngedongak. Menang. Jumawa.


Maaf, harus di edit.


Kemudian, ada dua anak kecil lari-lari dari di lobby sekitaran mobil display. I assumed they are his kids. I cannot guess how old the kids are, mungkin yang paling besar lebih muda seumur perpisahan kami. And the younger, an adorable cutie girl, oh Myyy,,,, mungkin aku akan punya yang hampir sama kalo aku sama dia.

GETOK PALU nih pala. NGAPAIN NGAYAL? Eh iya, ngapain ngayal. Kan sudah iklas.

Aku balik ke meja kerjaku dengan dalih mau kerja. Aslinya aku hanya butuh duduk karena kaki ini ga mampu menopang badanku saking gemetarnya. Aku sudah kehilangan fokusku. Kejadian ini bikin aku memanggil-manggil memori kami. Ahhh, sial. 

Why is on earth he came up today?

- - -

Mbak Diah menelepon, bilang jika rombongan cowo ini mau jalan. Aku memang pesan ke mbak Diah begitu, agar aku bisa punya kesempatan mengamati. 

Aku pantau dari lantai 2, hatiku berdegup. Aku akan menyaksikan pemandangan dia menggendong anaknya, dan berjalan beriringan dengan istrinya mungkin. Stay calm, Dwi. Alright, alright, I told myself.

Rombongan menuju mobil Pajero Sport, dia, pasangan bapak dan Ibu umur 50an, the kids, dan sang wanita muncul setelah beberapa saat.

Dag dig dur dueerrrr……


Yang muncul BUKAN wanita yang pernah dia lihatin fotonya. Walau aku ga beneran ingat, tapi aku masih punya memory dia badannya kurus mungil, kulit coklat, rambut lurus. Yang ini lebih tinggi, dan beneran someone else. Setelah aku konfirmasi kepada sales yang menangani, nama wanita tersebut bukan lah wanita yang harusnya jadi istrinya.

Dueeeeengggg……. Makin bertanya-tanya dech eike. 

Mobil pun melaju dan membawa mantan pujaan hatiku. Dan meninggalkanku dengan ketidak pastian…..

Lalu, apakah itu tapi beneran dia apa engga? Siapa wanita itu ? Kemana wanita yang dulu? Gagal kah dia ? Tinggal dimana mereka sekarang ? Kerja dimana dia ? I am helpless. But there is nothing to do if I knew.

That guy, who I sang broken heart songs, penyuka kucing, bermata biru, berhati rapuh dan yang sudah pernah gagal dalam percintaan sebelumnya. Iya. Gagal.

Oh God, he never crossed my mind these past years. He has then got married. Cuma kalo aku lewat depan apartemennya aja paling mikir dikit jika dia lewat juga dengan mobil lamanya, no more than that. Kejadian hari ini juga ga bener-bener bikin aku bongkar-bongkar memori laptopku buat lihat foto dia atau kami, yang aku yakin dah aku hapus keseluruhan. Aku cuma nyimpan beberapa surat tulis tangannya dia, kebetulan ketemu pas benenah. Aku bisa langsung balik lagi dalam kehidupan ku tanpa dia di pikiranku.


~.~..~.~

Karena aku ga siap ketemu dia but I could handle it better if I meet him in person. Karena aku lebih ga siap lagi kalo ketemunya ada wanitanya.  I don’t know more what kind of woman who is with him now. That’d be better if I avoid problems. Karena lebih baik lagi malahan kalo kami ga ketemu. Aku yakin kami berdua dah move on.


Well, every person has a memory, whether it is good or bad, it is always a memory, for me I am glad that I experience it. We meet someone in our life as a bless or as a lesson. A bless is a bless, and a lesson is also a bless. 

Meeting him, gave me more feelings to experience, it makes me live and more hooman

I also could recall those memories, but it doesn’t mean I let them interfere my current live.

Sebagai closing, aku share beberapa surat cinta yang aku terima dari dia ya… tenang, aku ndak baper kok. Hehehe...


He wrote this when he was tired of life but I kept demanding his support. lol

Gombal level purnama


How vulnerable he was


Thanks for reading.💗



Comments

  1. Damn kak the rain falling so hard! Jadi ingin curhat pula x_x nice share anyway kak :')

    ReplyDelete
  2. Damn kak the rain falling so hard! Jadi ingin curhat pula x_x nice share anyway kak :')

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mie Ongklok Ter-enak Se Wonosobo

Dwi's Story : Carelessness & Focus

Lebaran Di Tengah Pandemi