A thankful Feeling of Mine

2017 adalah tahun sibuk bagi saya. Saya boleh bilang tahun ini saya produktif juga tidak produktif.
Saya anggap produktif karena saya mendedikasikan tahun ini untuk menjadi pemimpin yang baik, memberikan waktu support dan perhatian kepada komunitas yang saya pimpin.

It has been a tiring year yet satisfying. Dengan segala kekurangan dan kelebihan saya, saya mencoba memberikan yang terbaik.

Sering ada kalanya saya burnt out. Like, can I escape for a week ? Can I have a life ? But then, ga tega ninggalinnya demi bisa istirahat.

Well, I am almost at the end of my term. The new leader will be leading soon.


Saya merasa juga saya tidak berhasil mencapai mimpi saya, tahun 2017 saya sama sekali tidak mengirimkan aplikasi beasiswa kemanapun serta juga belum mengambil tes IELTS. Saya sepertinya buang-buang waktu selama ini.

Seandainya saya bisa lebih gigih dalam membagi waktu,
Seandainya saya lebih bisa mendelegasikan tugas dengan baik,
Seandainya saya tidak terlalu cemas akan segala sesuatu,
Seandainya saya mau berusaha lebih keras,

Mau apapun hasil dari aplikasi tersebut, setidaknya saya harus mencoba terlebih dahulu. Belum juga perang, saya sudah kalah telak. Ketololan yang hakiki. Kasar? Kata apa lagi yang lebih pantas ?

Tahun 2018 saya awali dengan memperbanyak latihan IELTS, kadang masih kalah sama capek dan ngantuk. Saya tidak pergi kemana2 dalam beberapa waktu ini.
Sampai akhirnya opening untuk beasiswa Fulbright 2018 di buka, saya memantapkan diri, minimal sya harus daftar. Memaksimalkan pendaftaran. jangan sampai saya gagal mendaftar. Karena pintu kesempatan interview, dsb hangus sudah.

Thanks God, Tuhan mengirimkan saya temannya teman yang alumni Fulbright untuk membantu. Orangnya baik sekali. Tentu, saya tidak boleh take it for granted. Tuhan memnyambungkan teman saya yang dari Inggris lagi setelah lost contact 3 tahunan. Dia berjanji akan membantu saya dalam essay saya. Opini dari Native Speaker pasti akan sangat dibutuhkan sehingga tulisan saya nantinya bergaya Inggris bukan Indonesia Inggris. Juga Om saya memberikan dukungan moril. Thanks, God.

Cobaan lain datang, dosen pembimbing akademik saya tidak mau membantu dalam memberikan Letter of reference karena beliau tidak mau mendukung seseorang untuk pergi belajar ke Amerika. Ke negara lain tidak masalah. Alasannya, agak risky untuk disebutkan. Saya hargai pandangan beliau tanpa mau memperdebatkannya. Saya akan tetap melaju. Semoga tetap diberikan kemudahan setelah adanya kesulitan.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Sumber : https://rumaysho.com/1151-1-kesulitan-mustahil-mengalahkan-2-kemudahan.html

"Dimana ada kesulitan di situ ada kemudahan."


Sekian.  13.59


(sedang ngantuk setelah makan siang mie ayam baso tanpa ayam)

Comments

Popular posts from this blog

Mie Ongklok Ter-enak Se Wonosobo

Dwi's Story : Carelessness & Focus

Lebaran Di Tengah Pandemi